Satu dari 8 letusan peluru yang menyalak keras, Rabu (4/4/2012) siang, akhirnya menembus betis tersangka Hadi Mulyanto (42) warga Jl Kebonalas, Dusun Bokor, Desa Pagedangan, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang. Sekitar pukul 14.43, dia dilumpuhkan timah panas petugas, setelah empat jam sebelumnya atau pukul 10.00, tersangka kalap membunuh Sareh (52) warga Jl Kebonalas, RT 19/RW 10, di jalan kampung. Ulah ini diduga karena gangguan jiwa tersangka kumat saat bertemu korban.
Selain Sareh, dalam penyergapan bersama warga, tersangka sempat membacok kepala Brigadir Ubin Imawan, anggota Reskrim Polsek Turen. Anggota polsek ini nekat mendekati tersangka dan berhasil mendekap tersangka. Berontak didekap Ubin, sejumlah anggota Reskrim Polres Malang segera melumpuhkan tubuh tersangka dengan menindihnya serta melakukan pemborgolan.
Empat jam sebelum dilumpuhkan timah panas, sekitar pukul 10.00, mendadak tersangka menghentikan korban di jalan kampung. Diceritakan Choirul Anam usai mendapat cerita dari Edy, adiknya yang sempat menyaksikan langsung terjadinya pemukulan pertama kali oleh tersangka ke mulut korban. Menurut Anam dan sejumlah warga lainnya, saat kejadian tersangka sudah berada di pinggir jalan kampung sambil membawa cangkul.
Angkut damen, korban menuntun sepeda anginnya dari arah Utara melintasi lajur kiri bermaksud pulang ke rumahnya yang berjarak hanya 1 kilometeran. Dihentikan tersangka, tanpa sebab jelas, tersangka memukul mulut korban. Bersamaan kejadian, Edy, adik Choirul Anam melihat aksi pemukulan. Tahu tersangka tambah beringas, Edy segera berteriak meminta pertolongan warga sekitar. Sejumlah warga langsung mendatangi TKP. Terkejutlah warga, melihat korban tergeletak di sisi Timur parit, berjarak empat meteran dari sepeda angin. Di sebelahnya, teronggok sebilah clurit berlumuran darah. Aksi tersangka terbilang sadis. Tubuh korban tergeletak dalam parit selebar 40 centimeter agak miring ke Barat. Ia mengalami sejumlah luka robek akibat benda tumpul dan sobek bekas sabetan senjata tajam. Kepala bagian dahi robek, tempurungnya pecah, isinya terburai, pergelangan tangan sebelah kanan nyaris lepas dan leher korban tergorok senjata sabit tersangka.
Korban bersimbah darah, tersangka sudah pergi meninggalkannya ke rumah yang berjarak kurang lebih 50 meteran. “Saya dan warga lalu ke depan halaman rumah dia. Dia seakan nantang pegang sajam mirip samurai,“ cerita Mukhlis (35). “Polisi yang datang juga ditantang Mas,“ ungkap Sunarto (54) warga dekat Tangsi Kecamatan Turen, Kabupaten Malang. Sekitar pukul 10.30, jumlah anggota polisi bertambah dengan datangnya, anggota Polsek Turen, anggota Reskrim Polres Malang, tim Identifikasi Polres Malang, pihak Koramil Turen dan anggota SPKT Polres Malang. Tim Ident segera melakukan olah TKP dan membentangkan garis polisi di lima titik. Yakni di sisi Barat berjarak 500 meter dari rumah tersangka, sisi Timur berjarak 300 meteran dari TKP dan dibentangkan garis polisi di rumah korban.
Pembentangan garis polisi dikarenakan kian bertambahnya warga dari segala penjuru jalan masuk dekat TKP. Beberapa diantaranya membawa tongkat kayu. “Tolong warga jangan melintasi garis polisi, kita kuatir dia (pelaku–red) kalap dan bisa melukai orang, tolong keluar dari garis polisi,“ ungkap Kapolsek Turen, Kompol Agus Suryoso kepada kerumunan warga.
Sejak pukul 12.00, sejumlah perwira, termasuk Kasat Reskrim Polres Malang, AKP Bayu Indra Wiguna dan anggota Reskrim Polres melakukan kordinasi guna pengamanan tersangka. Dari rembug atau komunikasi dengan keluarga tersangka menghasilkan beberapa opsi. Sekitar pukul 12.00 lebih, istri tersangka datang dan oleh petugas diminta bekerjasama. Yakni, berkomunikasi dengan tersangka dan menawarkan sepiring mie serta minuman.
Bersamaan, sekitar pukul 13.00, tersangka menampakkan diri di bawah rimbunan bambu belakang rumah yang berjarak puluhan meter dari gerombolan warga yang penasaran melihat langsung tersangka. Dari kejauhan, tersangka memainkan sebilah clurit panjang atau dikenal dengan jombretan. Warga lain menyebutnya sejenis klewang. Bahkan tersangka pun melambaikan tangannya ke arah warga. Kedua matanya tertutup kacamata warna hitam, bertelanjang dada tanpa kaos dan bercelana pendek.
Pukul 13.30, Mulyadi, yang biasa dipanggil Bagong ini, tak lain adalah teman akrab tersangka, berinisiatif mendekatinya. Ia melangkah masuk dari sisi Utara mendekati tersangka yang berada di belakang rumah atau tepatnya di bawah rimbunan bambu. “Dia teman dekat saya, dia merokok dan senjatanya diduduki. Dia ngobrol soal sepakbola, dia tidak minta apa-apa,“ cerita Mulyadi. Warga lain juga melihat tersangka sempat memakan tebu. “Tadi makanannya diberi obat penenang,“ ujar Mulyadi.
Di sisi jalan sebelah Barat, seorang warga bercelana doreng mencari daun sirih sebanyak tujuh lembar. Diyakini sebagian warga, ada kemungkinan tersangka kebal terhadap senjata tajam. Ditambah ia memegang clurit, kekuatiran terhadap gagalnya pelumpuhan timbul. Terlebih, sejumlah warga kuatir tersangka akan melarikan diri dari kepungan polisi dan warga. “Kalau dia lari, itu tidak mungkin. Dia tidak mungkin lari, “ ujar seorang warga. Ditunggu hingga sekitar pukul 14.00, efek dari makanan berisi obat penenang rupanya tidak berdampak bagi tersangka. Dari situ, opsi lain segera diambil petugas yakni penyergapan strategis dari dua sisi titik. “Kita tadi memiliki beberapa opsi. Secara persuasif kita kordinasi dengan meminta keluarganya membujuk tersangka, negosiasi gagal, kita perdaya dengan obat penenang dan tidak berhasil. Dalam kondisi situasi seperti ini, kita lakukan penyergapan,“ urai Kasat Reskrim Polres Malang, AKP Bayu Indra Wiguna SIK, mendampingi Kapolres Malang, AKBP H Rinto Djatmono, saat ditemui di TKP.
Pukul 14.43, dilakukan kordinasi oleh anggota Reskrim Polres Malang dan Polsek Turen. Dari dua titik, petugas bersenjatakan tongkat kayu dan beberapa memegang senjata api. Masuk ke belakang rumah, suara bergemuruh di beberapa titik. “Menyerah saja, menyerah saja, “ teriak dari sisi lain. “Dor… dor.. ! “ suara senjata api laras pendek menyalak. Sepersekian detik, kembali suara letusan senpi terdengar. “Dor… dor…dor… dor…. dor ! mendekat ! lumpuhkan ”
Pukul 14.50, tiga lebih petugas menindih tubuh tersangka. Di sekitarnya, Bayu memimpin langsung pengamanan. Dari tubuh yang saling bertindihan, Brigadir Ubin Imawan berusaha melepaskan diri. Dari kepalanya mengucur darah dan langsung dilarikan ke RSBK Bokor Turen. Sementara, pemborgolan berlangsung dramatis dan mencekam. Seorang anggota berhasil mengamankan klewang tersangka. Satu lain melakukan pemborgolan diantara dua petugas mencengkeram kedua tangan tersangka.
Pukul 14.55, digotong empat petugas, tersangka segera dilarikan ke mobil ambulans. Betis kirinya berlumuran darah, kepalanya penuh warna merah pekat. Berjarak 1 kilometeran, tersangka diboyong ke mobil ambulan yang terparkir di sisi sebelah Timur. “Minggir, minggir beri jalan, tenang !” teriak petugas. Di pertigaan jalan, beberapa warga sempat memukulkan kayu ke tubuh korban tapi petugas berhasil meredamnya meski tersangka terjatuh selama 6 – 7 detik.
Pukul 15.00, tersangka dimasukkan ke ruang Gawat Darurat RSBK Bokor Turen. Di samping ranjang tersangka, tergolek Brigadir Ubin Imawan yang mendapat penanganan tim medis. Kaki dan tangan tersangka terborgol di sudut ranjang. “Anggota terluka karena dia nekat mendekap tubuh korban. Terkena bacokan di kepala dan kaki. Pelaku adalah purna marinir, warga sini dan kesehariannya diketahui mengalami kelainan jiwa,“ ungkap Bayu sembari mengelap keringat di wajahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar